Ilmuwan bereksperimen mengumpulkan energi matahari di malam hari, kok bisa?
Para ilmuwan mencoba menghasilkan energi matahari di malam hari. Tenaga surya di malam hari mungkin menjadi kenyataan berkat perangkat baru yang dikembangkan mirip dengan kacamata night vision, sebuah studi baru mengatakan.
Menurut para ilmuwan dari ARC Centre of Excellence in Exciton Science dan University of New South Wales (UNSW Sydney), ini menandai tonggak utama dalam teknologi penginderaan termal. Para ilmuwan telah mengembangkan perangkat yang menggunakan panas radiasi untuk menghasilkan listrik.
Ketika sinar matahari menyinari kerak bumi, kerak bumi menyerap panas dari radiasi matahari. Namun, saat malam tiba, semua energi matahari yang berpotensi berharga dilepaskan ke luar angkasa. Penulis penelitian kini telah berhasil menguji teknologi baru yang mengubah panas inframerah menjadi listrik.
Para peneliti menggunakan perangkat pembangkit listrik yang disebut dioda radiasi termal selama pengembangan. Ini sebanding dengan teknologi di kacamata night vision.
“Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 ditemukan bahwa efisiensi mesin uap bergantung pada perbedaan suhu di seluruh mesin, dan bidang termodinamika lahir,” kata peneliti utama dan Investigator Asosiasi Sains Exciton, Nicholas Ekins-Daukes.
“Prinsip yang sama berlaku untuk energi matahari, matahari menyediakan sumber panas dan panel surya yang relatif dingin di permukaan bumi menyediakan peredam dingin. Ini bisa digunakan untuk menghasilkan listrik,” jelasnya, dikutip dari Study Find.
“Namun, jika kita memikirkan radiasi inframerah dari Bumi ke luar angkasa, Bumi sekarang menjadi objek yang relatif hangat dengan ruang hampa yang sangat dingin,” lanjutnya.
“Menggunakan prinsip termodinamika yang sama, dimungkinkan untuk menghasilkan listrik dari perbedaan suhu ini juga: emisi cahaya inframerah ke luar angkasa,” tambahnya.
Energi apa yang bisa diciptakan para ilmuwan?
Peneliti pertama yang mempelajari kemungkinan teoretis dari perangkat semacam itu adalah Rune Strandberg, seorang ilmuwan Norwegia. Ilmuwan Universitas Stanford saat ini sedang melakukan studi mereka sendiri tentang potensi menangkap energi panas di malam hari.
Namun, tes yang berhasil dilakukan tim menghasilkan energi yang sangat sedikit (sekitar 0,001 persen dari sel surya). Satu-satunya hal penting pada titik ini adalah perangkat berfungsi.
“Kami biasanya berpikir bahwa pancaran cahaya mengkonsumsi energi, tetapi di pertengahan inframerah, di mana kita semua bersinar dengan energi radiasi, kami telah menunjukkan bahwa adalah mungkin untuk memanen energi listrik,” simpul Nicholas.
“Kami belum memiliki bahan ajaib yang akan membuat dioda termoradiatif menjadi kenyataan biasa, tetapi kami sedang melakukan pembuktian prinsip dan ingin melihat seberapa banyak kami dapat meningkatkan hasil ini di tahun-tahun mendatang,” jelasnya.
Sumber :